Minggu, 04 Desember 2011

MERANCANG DAN MELAKUKAN PENILAIAN SUMATIF (PERTEMUAN KE-7)

PENILAIAN SUMATIF

Penilaian sumatif  adalah penilain yang di laksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang di capai   oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan – tujuan kurikuler di kuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan kepada proses. 

Manfaat penilaian sumatif bagi guru :

1.       Untuk membuat laporan kemajuan belajar siswa
2.       Menata kembali seluruh pokok bahasan dan subpokok bahasan setelah melihat hasil tes sumatif, terutama untuk materi yang belum dikuasai siswa.
3.       Melakukan penyempurnaan dan perbaikan alat penilaian tes sumatif yang telah digunakan berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh siswa.
4.       Merancang program belajar siswa pada semester berikutnya berdasarkan hasil-hasil yang dicapai dari tes sumatif sebelumnya.

Baik formatif maupun sumatif semuanya akan bermanfaat bagi

1.       Guru

a. Dapat mengetahui kemampuan dirinya sebagai pengajar.
b. Mengetahui pendapat atau aspirasi para siswanya dalam berbagai hal yang berkenaan dalam belajar mengajar.

2.       Siswa

Dapat meningkatkan dan memotivasi belajar yang lebih baik lagi berdasarkan hasil penilaian mengenai cara belajar dan kesulitan belajar serta hubungan sosial

3.       Pemegang kebijakan

a.  Meningkatkan upaya-upaya pembinaan para guru dan siswa.
b.  Meningkatkan kemampuan profesional tenaga guru.
c.  Menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan.


Bahan bacaan :   
1.      Muhaimin, 2001, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
2.      Slameto, 1991, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, Jakarta : Bumi Aksara
3.    Sudijono Anas, 2009, Pengntar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
4.  Sudjana Nana , 2004, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 
5.  Rusman, 2011, Model-model Pembelajaran, Jakarta ; Raja Grafindo Persada.  
6.   M. Atwi Suparman, Desain Instruksional (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004).

MERANCANG DAN MELAKUKAN PENILAIAN FORMATIF (PERTEMUAN KE-6)


          Penilaian atau evaluasi akan sangat di perlukan untuk mengkaji ulang sejauh mana efektifitas dan keberhasilanya suatu perancangan pembelajaran dalam pencapaian tujuan pembelajaran setelah kita buat dan kita tetapkan.
 
          Evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation dan dalam bahasa arab ataqdir dalam bahasa indonesia penilaian. Akar katanya value dalam bahasa arab alqimah dalam bahasa indonesia nilai. Secara istilah menurut Edwind wand dan gerald we brown  : evaluation refer to the act or process to dietermining devalue of somting artinya suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. 
Menurut ghubah dan lincolin evaluasi itu merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai  nilai dan suatu arti sesuatu yang di pertimbangkan.Jadi karakteristik evaluasi adalah
evaluasi merupakan suatu proses  evaluasi berhubungan dengan pemberian nilai atau arti
Sedangkan fungsi evaluai adalah
a)      Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa.
b)      Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah di tentukan.
c)       Evaluasi dapat memberikan informasi umtuk mengembangkan program kurikulum.
d)      Evaluasi dapat di gunakan oleh siswa secara individual dalam mengambil keputusan.
e)      Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum.
f)       Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik pihak yang berkepentingan dengan pendidikan di sekolah.  


Penilaian formatif adalah penilain yang dilaksanakan pada akhir program belajar – mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar -  mengajar itu sendiri. dengan demikian penilaian formatif di harapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya.
Manfaat penilaian Formatif bagi guru :
1.       Memperbaiki program pengajaran atau satuan pelajaran di nmasa mendatang, terutama dalam merumuskan tujuan intruksional, organisasi bahan. Kegiatan belajar-mengajar dan pertanyaan penilaian.
2.       Meninjau kembali dan memperbaiki tindakan mengajarnya dalam memilih dan menggunakan metode mengajar
3.       Mengulang kembali bahan pengajaran yang belum di kuasai para siswa sebelum melanjutkan dengan bahan baru atau memberi penugasan kepada siswa untuk memperdalam bahan yang belum di kuasainya.
4.       Melakukan diagnosis kesulitan belajar para siswa sehuingga dapat di temukan faktor penyebab kegagalan siswa dalam menguasai tujuan intruksional.


Bahan bacaan :   
1.      Muhaimin, 2001, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
2.      Slameto, 1991, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, Jakarta : Bumi Aksara
3.    Sudijono Anas, 2009, Pengntar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
4.  Sudjana Nana , 2004, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 
5.  Rusman, 2011, Model-model Pembelajaran, Jakarta ; Raja Grafindo Persada.  
6.   M. Atwi Suparman, Desain Instruksional (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004).

PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN DAN MENGEMBANGKAN DAN MEMILIH BAHAN PEMBELAJARAN (PERTEMUAN KE-5)


A. MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMBELAJARAN

Strategi Pembelajaran yang dipilih oleh seorang guru hendaknya didasari berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi dan lingkungan yang dihadapinya. Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari
a.       Rumusan  tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
b.      Analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan
c.       Jenis materi pembelajaran yang dikomunikasikan.
Pendapat para ahli tentang strategi pembelajaran :
Kozma dan Gofur bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.

Gerlach dan Ely bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Yang meliputi sifat, lingkup, urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.

Dick Carey bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Gropper bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai.




B. MENGEMBANGKAN DAN MEMILIH BAHAN INTRUKSIONAL ATAU PEMBELAJARAN

Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati.
Berdasarkan pada pengertian pembelajaran, maka diperlukan sekurang-kurangnya lima kriteria yang harus dipenuhi dalam model pembelajaran atau pengembangan pembelajaran yaitu: 1) mempunyai tujuan; 2) keserasian dengan tujuan; 3) sistematik; 4) mempunyai kegiatan evaluasi; dan 5) menyenangkan. Oleh karena itu, sistem pembelajaran dapat diibaratkan sebagai proses produksi yang terdiri dari bagian input-proses-output, yang saling terintegrasi.
Model dick and carey digolongkan sebagai model yang berorientasi pada dua hal, yaitu :

a.   Pengetahuan, apabila model tersebut dipakai sebagai sumber informasi tentang      
      konsep-konsep,prinsip-prinsip perencenaan instruksional dan langkah –langkahya.
b.  Hasil,dengan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip perancangan yang   
     menghasilkan suatu bahan instruksional yang dapat dipakai belajar secara mandiri   
     tanpa bantuan guru. Disini pun evaluasi dilaksanakan berulangkali sampai dapat
    diperoleh hasil yang memuaskan.

Seperti model-model pengembangan lainnya, disinipun dick dan carey menerapkan pendekatan sistem untuk perancang sistem instruksional dengan langkah langkah :
1. Penentuan tujuan instruksional (tujuan terminal) yang menyatakan apa yang dapat dilakukan oleh siswa setelah mengikuti program instruksional tersebut. Penentuan tujuan ini dapat bersumber dari penilaian kebutuhan tujuan-tujuan yang ada, atau pengalaman praktis dengan siswa yang mengalami kesulitan belajar,analisis suatu tugas, dan sebagainya. Berbeda dengan tujuan umum pada taksonomi bloom, disini tujuan terminal perlu dinyatakan dalam bentuk yang dapat dilihat dan diukur seperti yang dinyatakan oleh mager.hal ini untuk mempermudah keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan instruksional tersebut.

2. Setelah penenetuan tujuan terminal ialah menentukan macam belajar apa yang akan dipelajari siswa berdasarkan klasifikasi Gagne (lima macam belajar ). Untuk itu tujuan instraksional dipecah pecah menjadi ketrampilan-ketrapilan yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai tujuan instruksional.

3. Identifikasi kemampuan awal siswa dan karakteristik siswa. Disini ialah menentukan ketrampilan ketrampilan apa yang telah dimiliki siswa agar dpt mengikuti program instruksional.serta karakteristik siswa secara umum dan gaya belajar siswa
4. Merumuskan tujuan instruksional khusus, tujuan-tujuan khusus ini harus relevan dengan ketrampilan ketrampilan yang telah di identivikasikan dalam analisis tugas. Patokan-patokan yang dipakai untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan instruksional khusus ini dapat dikonsultasikan pada para ahli.

5. Pengembangan butir-butir tes berdasarkan acuan patokan, yang selanjutnya akan dipakai untuk mengukur sejauh mana siswa telah mencapai tujuan instruksional. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan penampilan siswa dalam pengujian dengan patokan yang telah ditentukansebelumnya. Disini Dick dan carey menyatakan adanya empat macam tes yaitu :
a. Tes untuk mengukur kemampuan awal yang merupakan prasyarat bagi program instruksional tersebut.
b. Tes awal untuk mengukur sejauh mana siswa telah menguasai materi yang akan diajarkan
c. Tes selama siswa sedang didalam proses belajar untuk melihat apakah siswa dapat menangkap apa yang telah diajarka
d.Tes akhir untuk mengukur semua tujuan instruksional yang ada.

6.Pengembangan strategi instruksional yang akan memberikan kegiatan-kegiatan dan pengalaman belajar pada siswa. Disini diterapkan prinsip-prinsip belajar serta hasil-hasil penelitian di bidang psikologipendidikan serta teknoogi instruksional. Langkah ini terdiri dari empat macam langkah kegiatan, yaitu :
1)Aktifitas pre-instruksional yang mencakup cara menarik perhatian dan membangkitkan motivasi siswa, penyampaian tujuan pembelajaran pada peserta didik.
2)Presentasi informasi disini diberikan materi yang diurut berdasarkan analisis hirarki tugas (dari muda ke yang sulit)
3)Partisipasi siswa yang merupakan bagian terpenting dalam proses belajar disini perlu dipilih aktivitas-aktivitas untuk siswa yang relevan dengan tujuan instruksional yang harus dicapai siswa disini perlu dilakukan penguatan guna untuk keberhasilan dalam proses belajar.
4)Pengujian dilakukan aktifitas untuk menguji keberhasilan siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.
5) Aktivitas lanjutan ini menyangkut pertanyaan pertanyaan apakah ada perlu remedial, langkah ini dilakuakan apabila ada umpan balik dari hasil uji coba dilapangan.
7.Perencanaan instruksional ini adalah pengembangan dan pemilihan bahan atau materi instruksional terdapat tiga kemungkinan :
a)Bahan dapat dipelajari secara individual tanpa bantuan guru
b)Bahan diberikan guru seluruhnya, sesuai dengan strategi yang telah dikembangkan
c)Guru memakai bermacam macam sumber, yang dapat dipelajari secara individual maupun tanpa bantuan guru.

8.Mengadakan evaluasi vormative yang dapat dipakai untuk umpan ballik system yang dirancang sehingga dapat berfungsi secara lebih efetif dan efisien
9.Revisi system yang dilakukan berdasarkan umpan balik yang dilakkan berdasarkan umpan balik yang diperoleh selama evaluasi formatif disini terdapat dua macam revisi yaitu :
a.Perubaha dalam isi dalam substansi sehingga dapat lebih efektif
b.Perbahan prosedur

10.Evaluasi system sumatif yang dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan instruksional terminal. Disamping itu evaluasi sumatif dipakai juga untuk mengukur keefektifan system instruksional yang dirancang sendiri.
Kekuatan model ini terletak pada analisis tugaas secara terperinci serta penysunan tugas tugas tersebut serta tujuan instruksional khusus secara hirarkis. Dengan demikian telah diketahui dengan pasti langkah –langkah yang harus dilakukan oleh sisiwa untuk mencapai tujuan terminal system. Disamping itu ada ujian berulangkali menyebabkan hasil yang akan diperoleh system dapat diandalkan. Karena ujian ini dilakukan berulang kali inilah maka modeltersebut digolongkan kepada model yang berorientasi pada hasil.

Bahan bacaan :
1.      Hamzah, 2011, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta : Pena Grafik
2.      Muhaimin, 2001, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
3.      Slameto, 1991, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, Jakarta : Bumi Aksara

4.    Sudijono Anas, 2009, Pengntar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
5.  Sudjana Nana , 2004, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
6.  Rusman, 2011, Model-model Pembelajaran, Jakarta ; Raja Grafindo Persada.  
8.   M. Atwi Suparman, Desain Instruksional (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004).

TUJUAN KINERJA/KOMPETENSI DASAR DAN MENGEMBANGKAN BUTIR TES ACUAN PATOKAN PEMBELAJARAN (PERTEMUAN KE-4)


A. MENULIS TUJUAN KINERJA ATAU KOPENTENSI DASAR

Tujuan Pembelajaran berisi  penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan.
Apabila alokasi waktu yang dibutuhkan dalam RPP lebih dari satu pertemuan, maka tiap pertemuan dirumuskan tujuan pembelajarannya.
Dan adapun hal – hal yang harus diperhatikan dalam menulis kompetenbsi dasar adalh :

A.    Mencantumkan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran  adalah  materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pembelajaran yang ada dalam silabus, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan Indikator Pencapaian Kompetensi.

B.     Mencantumkan Metode Pembelajaran

Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.

C.    Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan pembelajaran di setiap pertemuan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan yang lebih dari satu pertemuan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.
 
D.    Mencantumkan  Sumber Belajar

Pemilihan  sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan.  Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya,  sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referensi, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.

E.     Mencantumkan Penilaian

     Dalam   penilaian   terlebih  dahulu  dirumuskan Indikator  Pencapaian
     Kompetensi yaitu   kompetensi  apa  saja  yang  diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan  teknik  tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah atau tugas proyek harus disertai rubrik penilaian, kemudian istilah teknik tes disesuaikan dengan panduan penilaian kelompok mapel estetika.


        B. Mengembangkan Butir Tes Acuan Patokan  Pembelajaran

          Secara sederhana tes acuan patokan dapat dikatakan bahwa salah satu dari model pengembangan desain instruksional Dick and Carey. Model desain instruksional ini dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey. Model ini merupakan model prosedural, yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan

Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, system yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya.
Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:

a.      Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
b.      Melaksanakan analisi pembelajaran
c.      Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
d.      Merumuskan tujuan performansi
e.      Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan
f.       Mengembangkan strategi pembelajaran
g.      Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
h.      Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
i.       Merevisi bahan pembelajaran
j.       Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

Berikut penjabaran langkah-langkahnya

a.      Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goal(s)).

Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar pebelajar dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program Instruksional. Tujuan Instruksional mungkin dapat diturunkan dari daftar tujuan, dari analisis kinerja (performance analysis), dari penilaian kebutuhan (needs assessment), dari pengalaman praktis dengan kesulitan belajar pebelajar, dari analisis orang-orang yang melakukan pekerjaan (Job Analysis), atau dari persyaratan lain untuk instruksi baru. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan.

b.         Melakukan Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis)

Langkah ini, pertama mengklasifikasi tujuanke dalam ranah belajar Gagne, menentukan langkah-demi-langkah apa yang dilakukan orang ketika mereka melakukan tujuan tersebut (mengenali keterampilan bawahan / subordinat). Langkah terakhir dalam proses analisis Instruksional adalah untuk menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap, yang dikenal sebagai perilaku masukan (entry behaviors), yang diperlukan peserta didik untuk dapat memulai Instruksional. Peta konsep akan menggambarkan hubungan di antara semua keterampilan yang telah diidentifikasi.

c.         Analisis Pembelajar dan Lingkungan (Analyze Learners and Contexts)

Langkah ini melakukan analisis pembelajar, analisis konteks di mana mereka akan belajar, dan analisis konteks di mana mereka akan menggunakannya. Keterampilan pembelajar, pilihan, dan sikap yang telah dimiliki pembelajar akan digunakan untuk merancang strategi Instruksional.

d.        Merumuskan Tujuan Performansi (Write Performance Objectives)

Pernyataan-pernyataan tersebut berasal dari keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis Instruksional, akan mengidentifikasi keterampilan yang harus dipelajari, kondisi di mana keterampilan yang harus dilakukan, dan kriteria untuk kinerja yang sukses.

e.         Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Assessment Instruments).

Berdasarkan tujuan performansi yang telah ditulis, langkah ini adalah mengembangkan butir-butir penilaian yang sejajar (tes acuan patokan) untuk mengukur kemampuan siwa seperti yang diperkirakan dari tujuan. Penekanan utama berkaitan diletakkan pada jenis keterampilan yang digambarkan dalam tujuan dan penilaian yang diminta.

f.          Pengembangan Siasat Instruksional (Develop Instructional Strategy).

Bagian-bagian siasat Instruksional menekankan komponen untuk mengembangkan belajar pebelajar termasuk kegiatan praInstruksional, presentasi isi, partisipasi peserta didik, penilaian, dan tindak lanjut kegiatan.

g.         Pengembangan atau Memilih Material Instruksional (Develop and Select Instructional Materials).

Ketika kita menggunakan istilah bahan Instruksional kita sudah termasuk segala bentuk Instruksional seperti panduan guru, modul, overhead transparansi, kaset video, komputer berbasis multimedia, dan halaman web untuk Instruksional jarak jauh. maksudnya bahan memiliki konotasi.

h.         Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif (Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction).

Ada tiga jenis evaluasi formatif yaitu penilaian satu-satu, penilaian kelompok kecil, dan penilaian uji lapangan. Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda bagi perancang untuk digunakan dalam meningkatkan Instruksional. Teknik serupa dapat diterapkan pada penilaian formatif terhadap bahan atau Instruksional di kelas.

i.           Revisi Instruksional (Revise Instruction).

Strategi Instruksional ditinjau kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini dimasukkan ke dalam revisi Instruksional untuk membuatnya menjadi alat Instruksional lebih efektif.

j.          Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design And Conduct Summative Evaluation).

Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif.
Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar (1) pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, (2) adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki, (3) menerangkan langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.

Tes acuan patokan (penilaian) berfungsi untuk mengukur kemampuan pebelajar seperti yang diperkirakan tujuan. Perkembangan tes dibuat pada proses desain pengajaran setelah pelajaran dikembangkan. Alasan utamanya adalah bahwa item tersebut harus berkaitan dengan tujuan prestasi. Prestasi yang diperlukan dalam tujuan tersebut harus sesuai dengan prestasi yang diperlukan dalam item tes atau tugas prestasi. Sifat dari item tersebut akan diberikan kepada pebelajar dan berfungsi sebagai kunci terhadap pengembangan strategi pengajaran.Pengembangan Berdasarkan Tes Acuan Patokan
          Pengembangan butir-butir tes berdasarkan acuan patokan digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa telah mencapai tujuan instruksional. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan penampilan siswa dalam pengujian dengan patokan yang telah ditentukan sebelumnya. Tes acuan patokan disebut juga tes acuan tujuan.
Bagi seorang perancang pembelajaran harus mengembangkan butir tes acuan patokan, karena hasil tes pengukuran tersebut berguna untuk:
(a).  Mendiagnosis dan menempatkan dalam kurikulum;
(b).  Men-checking hasil belajar dan kesalahan pengertian sehingga dapat     
       diberikan pembelajaran remedial sebelum pembelajaran dilanjutkan;
(c).  Menjadi dokumen kemajuan belajar.


 Bahan bacaan :
1.      Hamzah, 2011, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta : Pena Grafika
2.      Muhaimin, 2001, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
3.      Slameto, 1991, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, Jakarta : Bumi Aksara
4.      Rusman, 2011, Model-model Pembelajaran, Jakarta ; Raja Grafindo Persada.

5.   Sudijono Anas, 2009, Pengntar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
6.  Sudjana Nana , 2004, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
 7.  Dadang, Hidayat. 2010. Peran Penelitian Research & Development Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Di Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan. Diambil dari www.google.com